Abu dan Ummu mungkin dibuat kewalahan menghadapi buah hati yang suka
jajan. Jika memang benar demikian, jangan keburu menyalahkan anak dan
orang lain. Sebab, bisa jadi Abu dan Ummu sendiri yang menyebabkan
mereka gemar jajan!
Berdasarkan hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2007, dari 4.500 sekolah di Indonesia ada 45% jajanan yang dijual di sekitar sekolah tercemar bahaya pangan mikrobiologis dan kimia. Bahaya utama berasal dari cemaran fisik mikrobiologi dan kimia seperti pewarna tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini meliputi makanan utama, makanan ringan, dan minuman.
Sedangkan Pada 2010, BPOM melakukan survey terhadap beberapa sekolah di Jabodetabek. Hasilnya,sekitar 44% pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang sebagian besar terdapat di kantin sekolah tidak memenuhi syarat.
Bagaimana dengan Lampung? Balai Besar POM Bandar Lampung pada tahun 2013 lalu melakukan uji sampel 1.600 produk makanan di 14 kabupaten/kota se-Lampung. Hasilnya cukup menggembirakan. Penggunaan bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil sudah jarang ditemukan.
Namun, jangan buru-buru membusungkan dada. Ternyata, penggunaan bahan tambahan pangan melebihi ambang batas cukup banyak. Masih banyak ditemukan pengawet benzoat pada saus, limun, dan sirop. Sebelumnya, bahan kimia berbahaya terdapat dalam jajanan anak sekolah seperti pada bakso tusuk dan mi basah .(http://lampost.co/berita/membentuk-generasi-cerdas)
Berikut ini, beberapa hal yang membuat anak “mengenal” jajan pada usia dini:
- Beberapa orang tua bila anak rewel akhirnya mengajak anak jajan untuk
mendiamkan anak.
- Beberapa orang tua punya kebiasaan jajan yang akhirnya ditiru oleh anak.
- Orang tua sengaja mengajak anak jajan.
- Orang tua memberi jajanan yang berlebihan untuk bekal sekolah.
Jadi, sebenarnya jika keempat hal tersebut dihindari, anak tidak akan tahu tentang jajan. Ketika anak rewel, sebenarnya yang dia butuhkan adalah perhatian orang tua. Apabila anak rewel tersebut kita ajak bicara, kita dengarkan keluhannya, kita ajak bermain, kita ajak bercanda, kita ajak bercerita, anak tidak akan ingat lagi dengan jajan. Jadi, mulailah menghilangkan solusi jajan untuk mendiamkan anak sementara, tapi merusak mentalnya di masa depan menjadi anak yang konsumtif.
Sebagai upaya preventif, anak harus dikenalkan pada pola makan sehat dan orangtua harus dapat dijadikan contoh atau panutan. Tidak ada gunanya melarang anak jajan kalau orangtuanya juga sering jajan dengan alasan tidak sempat memasak karena kesibukannya.
Selain itu, sebagai upaya kuratif, Abu dan Ummu harus dapat menata kegiatan makan, membuat camilan bersama dengan anak, dan memperkenalkan anak pada berbagai jenis makanan. Abu dan Ummu juga harus bertindak tegas terhadap kebiasaan kurang baik itu. Bertindak tegas bukan berarti harus dengan cara kekerasan membentak atau lainnya, tetapi anak dibatasi untuk jajan. kebiasaan jajan dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah, apalagi makanan yang ia beli belum tentu bergizi dan sehat. Bahkan, meski masih balita biarkan anak menangis kalau mau minta jajan. Sampai menangis berguling-guling pun, biarkan dia. Ini sebagai pembelajaran.
1. Tidak untuk jadi satu kebiasaan (hanya sesekali)
2. Tidak berlebihan
3. Pilih jajanan yang sehat
Selain itu, akan lebih baik, bila konsep hemat itu tertanam pada diri anak. Ketika dia memilih jajanan untuk bekal sekolahnya, sebaiknya diberi batasan jumlah uang. Hal ini, membuat anak berpikir bahwa jumlah uang ada batasnya.
Baiklah Abu dan Ummu, sebagai penutup bersabarlah untuk konsisten dalam hal ini, karena betapa besar penghematan yang orang tua akan dapatkan karena memiliki anak yang shalih, yang tidak hobi jajan. (***)
Dari berbagai sumber majalahsakinah.com Artikel Rubrik Kiat Asuh pada Lembar Ya Bunayya, April 2011/ gambar :fiannation.wordpress.com
Berdasarkan hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2007, dari 4.500 sekolah di Indonesia ada 45% jajanan yang dijual di sekitar sekolah tercemar bahaya pangan mikrobiologis dan kimia. Bahaya utama berasal dari cemaran fisik mikrobiologi dan kimia seperti pewarna tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini meliputi makanan utama, makanan ringan, dan minuman.
Sedangkan Pada 2010, BPOM melakukan survey terhadap beberapa sekolah di Jabodetabek. Hasilnya,sekitar 44% pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang sebagian besar terdapat di kantin sekolah tidak memenuhi syarat.
Bagaimana dengan Lampung? Balai Besar POM Bandar Lampung pada tahun 2013 lalu melakukan uji sampel 1.600 produk makanan di 14 kabupaten/kota se-Lampung. Hasilnya cukup menggembirakan. Penggunaan bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil sudah jarang ditemukan.
Namun, jangan buru-buru membusungkan dada. Ternyata, penggunaan bahan tambahan pangan melebihi ambang batas cukup banyak. Masih banyak ditemukan pengawet benzoat pada saus, limun, dan sirop. Sebelumnya, bahan kimia berbahaya terdapat dalam jajanan anak sekolah seperti pada bakso tusuk dan mi basah .(http://lampost.co/berita/membentuk-generasi-cerdas)
Peran orang tua
Jika ditelusuri, ternyata penyebab anak jajan boleh jadi adalah orang tua sendiri. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa bisa begitu? Saat lahir, anak tidak mengenal kata jajan sampai ada beberapa tindakan orang tua yang akhirnya membuat anak mengenal kata itu dan menjadikannya kebiasaan.Berikut ini, beberapa hal yang membuat anak “mengenal” jajan pada usia dini:
- Beberapa orang tua bila anak rewel akhirnya mengajak anak jajan untuk
mendiamkan anak.
- Beberapa orang tua punya kebiasaan jajan yang akhirnya ditiru oleh anak.
- Orang tua sengaja mengajak anak jajan.
- Orang tua memberi jajanan yang berlebihan untuk bekal sekolah.
Jadi, sebenarnya jika keempat hal tersebut dihindari, anak tidak akan tahu tentang jajan. Ketika anak rewel, sebenarnya yang dia butuhkan adalah perhatian orang tua. Apabila anak rewel tersebut kita ajak bicara, kita dengarkan keluhannya, kita ajak bermain, kita ajak bercanda, kita ajak bercerita, anak tidak akan ingat lagi dengan jajan. Jadi, mulailah menghilangkan solusi jajan untuk mendiamkan anak sementara, tapi merusak mentalnya di masa depan menjadi anak yang konsumtif.
Bagaimana mencegahnya?
Untuk mencegah kebiasaan jajan anak, harus dimulai dari pola makan keluarga. Salah satu cara adalah membuat “kudapan tandingan” yang tidak kalah enak dari jajanan yang dapat dibeli di luar rumah.Sebagai upaya preventif, anak harus dikenalkan pada pola makan sehat dan orangtua harus dapat dijadikan contoh atau panutan. Tidak ada gunanya melarang anak jajan kalau orangtuanya juga sering jajan dengan alasan tidak sempat memasak karena kesibukannya.
Selain itu, sebagai upaya kuratif, Abu dan Ummu harus dapat menata kegiatan makan, membuat camilan bersama dengan anak, dan memperkenalkan anak pada berbagai jenis makanan. Abu dan Ummu juga harus bertindak tegas terhadap kebiasaan kurang baik itu. Bertindak tegas bukan berarti harus dengan cara kekerasan membentak atau lainnya, tetapi anak dibatasi untuk jajan. kebiasaan jajan dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah, apalagi makanan yang ia beli belum tentu bergizi dan sehat. Bahkan, meski masih balita biarkan anak menangis kalau mau minta jajan. Sampai menangis berguling-guling pun, biarkan dia. Ini sebagai pembelajaran.
Jajan boleh, asal…
Anak adalah peniru yang baik. Oleh karena itu, orang tua juga harus memperlihatkan contoh tidak jajan kepada anaknya. Apalagi sengaja mengajak anak jajan secara teratur, sehingga anak terbiasa jajan. Sebenarnya, jajan itu boleh. Tapi, ada beberapa syaratnya, yaitu :1. Tidak untuk jadi satu kebiasaan (hanya sesekali)
2. Tidak berlebihan
3. Pilih jajanan yang sehat
Selain itu, akan lebih baik, bila konsep hemat itu tertanam pada diri anak. Ketika dia memilih jajanan untuk bekal sekolahnya, sebaiknya diberi batasan jumlah uang. Hal ini, membuat anak berpikir bahwa jumlah uang ada batasnya.
Baiklah Abu dan Ummu, sebagai penutup bersabarlah untuk konsisten dalam hal ini, karena betapa besar penghematan yang orang tua akan dapatkan karena memiliki anak yang shalih, yang tidak hobi jajan. (***)
Dari berbagai sumber majalahsakinah.com Artikel Rubrik Kiat Asuh pada Lembar Ya Bunayya, April 2011/ gambar :fiannation.wordpress.com