Abbad bin Bishir berasal dari kaum Anshar, Ia masuk Islam dalam usia 15 tahun melalui dakwah yang dilakukan oleh Mush'ab bin Umair. Ketika Mush'ab bin Umair tiba di Madinah-sebagai utusan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah bai'at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan shalat, maka Abbad bin Bisyir radhiallahu anhu adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. la datang menghadiri majlis Mush'ab dan mendengarkan da'wahnya, lalu diulurkan tangannya mengangkat bai'at memeluk Islam.
Semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang-olang Anshar yang diridhai oleh Allah serta mereka ridha kepada Allah . Abbad bin Bishir dipersaudarakan dengan Ammar bin Yasir, ketika kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah.
Ketika Nabi pindah ke Madinah. Mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya. Pada setiap peperangan itu Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan .
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dan Kaum Muslimin baru selesai menghadapi perang Dzatur Riqa'. Mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam memilih beberapa orang shahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Di antara mereka terpiiih 'Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh Abbad bahwa kawannya Ammar sedang lelah, di usulkannyalah agar Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berjaga.
Abbad melihat bahwa lingkungan sekelilingnya aman. Maka timbullah fikirannya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat . Demikianlah ia bangkit melakukannya .
Tiba-tiba, saat ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Quran setelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya.
Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya.
Tetapi ia tak hendak menghentikan shalatnya hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.
Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketiga kalinya. Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ia ruku' dan sujud, sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah.
Lalu diantara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawanya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun.Dalam pada itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya. Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahan sakit,
"Gantikan aku berjaga, aku terkena panah “. Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan. Mengapa kamu aku tidak membangunkanku ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi”, tanya Ammar. “Abbad menjawab,
"Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya . Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu ."
Abbad amat cinta sekali kepada Allah, kepada Rasul dan kepada Agamanya . Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semenjak Nabi shallallahu alaihi wasalam berpidato dan mengarahkan pembicaraannya kepada Kaum Anshar, ia termasuk salah seorang di antara mereka. Sabdanya,
"Hai golongan Anshar, Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari!
Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian''.
Semenjak Abbad mendengar ucapan ini dari Rasulullahia rela menyerahkan harta benda nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan di Jalan Rasul-Nya. Maka kita temui dia di arena pengorbanan dan di medan laga muncul sebagai orang pertama. Sebaliknya di waktu pembagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk menemukannya.
Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun. Seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang. Seorang dermawan yang rela berqurban, dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya ini.
Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Aisyah radhiallahu anha, Ummul Mu'minin, pernah mengatakan tentang dirinya “Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat disamai oleh orang lain yaitu Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Hudlair dan Abbad bin Bisyir”.
Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah . Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan kepercayaan sahabat-sahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakan benda yang dapat terlihat. Mereka berkata bila Abbad berjalan di waktu malam keluarlah berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh .
Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah shallallahu alaihi wasalam maka Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya . Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara musuh dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengorbanan dan kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya.
Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai, Abbad mengalami suatu mimpi. Seorang sahabat mulia Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu anhu menceritakan Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku:
"Hai Abu Sa'id, aya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi.
Aku yakin bahwa tabirnya insya Allah aku akan menemui syahid". "Demi Allah, ujarku, itu adalah mimpi yang baik".
"Dan di waktu perang Yamamah itu aku lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar: "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian .Maka segeralah Abbad menyerbu bersama empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu Abbad menemui syahidnya. Wajahnya aku lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan aku mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya.
Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula tabirnya . Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni searang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya.
(Sumber ilustrasi :hlasrin.abatasa.co.id)
Semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang-olang Anshar yang diridhai oleh Allah serta mereka ridha kepada Allah . Abbad bin Bishir dipersaudarakan dengan Ammar bin Yasir, ketika kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah.
Ketika Nabi pindah ke Madinah. Mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya. Pada setiap peperangan itu Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan .
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dan Kaum Muslimin baru selesai menghadapi perang Dzatur Riqa'. Mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam memilih beberapa orang shahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Di antara mereka terpiiih 'Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh Abbad bahwa kawannya Ammar sedang lelah, di usulkannyalah agar Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berjaga.
Abbad melihat bahwa lingkungan sekelilingnya aman. Maka timbullah fikirannya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat . Demikianlah ia bangkit melakukannya .
Tiba-tiba, saat ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Quran setelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya.
Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya.
Tetapi ia tak hendak menghentikan shalatnya hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.
Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketiga kalinya. Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ia ruku' dan sujud, sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah.
Lalu diantara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawanya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun.Dalam pada itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya. Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahan sakit,
"Gantikan aku berjaga, aku terkena panah “. Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan. Mengapa kamu aku tidak membangunkanku ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi”, tanya Ammar. “Abbad menjawab,
"Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya . Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu ."
Abbad amat cinta sekali kepada Allah, kepada Rasul dan kepada Agamanya . Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semenjak Nabi shallallahu alaihi wasalam berpidato dan mengarahkan pembicaraannya kepada Kaum Anshar, ia termasuk salah seorang di antara mereka. Sabdanya,
"Hai golongan Anshar, Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari!
Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian''.
Semenjak Abbad mendengar ucapan ini dari Rasulullahia rela menyerahkan harta benda nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan di Jalan Rasul-Nya. Maka kita temui dia di arena pengorbanan dan di medan laga muncul sebagai orang pertama. Sebaliknya di waktu pembagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk menemukannya.
Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun. Seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang. Seorang dermawan yang rela berqurban, dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya ini.
Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Aisyah radhiallahu anha, Ummul Mu'minin, pernah mengatakan tentang dirinya “Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat disamai oleh orang lain yaitu Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Hudlair dan Abbad bin Bisyir”.
Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah . Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan kepercayaan sahabat-sahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakan benda yang dapat terlihat. Mereka berkata bila Abbad berjalan di waktu malam keluarlah berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh .
Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah shallallahu alaihi wasalam maka Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya . Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara musuh dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengorbanan dan kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya.
Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai, Abbad mengalami suatu mimpi. Seorang sahabat mulia Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu anhu menceritakan Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku:
"Hai Abu Sa'id, aya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi.
Aku yakin bahwa tabirnya insya Allah aku akan menemui syahid". "Demi Allah, ujarku, itu adalah mimpi yang baik".
"Dan di waktu perang Yamamah itu aku lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar: "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian .Maka segeralah Abbad menyerbu bersama empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu Abbad menemui syahidnya. Wajahnya aku lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan aku mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya.
Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula tabirnya . Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni searang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya.
(Sumber ilustrasi :hlasrin.abatasa.co.id)